Pages

Selasa, 18 November 2014

Susahnya Perjalanan Hidup

Dalam hidup kita tidak selalu menemukan hal yang positif tetapi selalu saja ada rintangan atau cobaan yang membebani hidup kita, saat kita terjatuh, kaki yang pertama tersungkar tapi di saat kita di atas untuk maju juga kaki kitalah yang pertama melangkah, kehidupan ini bagaikan pelenang dalam lautan luas, jika berani untuk mengayuh kaki kita hingga sampai tujuan kita akan menang tetapi jika kita melakukannya dengan setengah-setengah kita akan tenggelam dan jika kita tidak berani untuk mencoba kita tidak akan tahu akhir dari tujuan.
kita semua sebagai manusia pasti membutuhkan tujuan dalam hidup dan caranya itu harus bagaimana???

  ada sebuah cerita yang pastinya akan menginsfirasi kita???"
di jakarta ada seorang bapak tua  yang menjual mainan, hasil karyanya sendiri. namanya pak herman umurnya kira-kira 50 tahun lebih, dengan kumis yang memutih dan tentu rambutnya tak lagi hitam. setiap pagi  pak herman menjajarkan mainannya di sekolah dasar 1 menteng jakarta pusat. ya mainan yang sudah kalah modern dengan mainan yang canggih masa kini, pantas saja  pengemar mainan pak herman jarang-jarang yang meminatinya, tetapi meskipun begitu pak herman tak patah semangat untuk terus menjual mainannya yang kuno, pak herman memiliki prinsif dalam hidupnya" kemampuanku hanya tertinggal tidak untuk terlupakan." akhirnya setelah pak herman bertahan dalam mainan jadulnya dan di setiap penghasilanya di sisihkan untuk tabunganya sekarang beliau pemilik mainan terbesar di daerahnya itu dan terlebih lagi dari hasil kerja kerasnya itu beliau mendapatkan penghargaan dari kemembup karna karyanya pak herman tidak membelakangi ciri khas indonesia sesungguhnya.

sekian....

Harapan Dan Cita-Cita Saya

      Dulu saya kecil selalu di tanya cita-cita kamu apa?..dan saya selalu menjawab saya ingin menjadi dokter, setelah umur saya bertambah saya bingung dengan cita-cita saya, yang dulunya semangat untuk menjadi dokter, setelah saya bertambah umur saya kebanyakan cita-cita. didalam meraih cita-cita ini bukan  cara sangat instan ataupun lebih dari sejenisnya teman-teman, banyak cara demi cara untuk meraih cita-cita ini.

asalkan luruskan niat, rajin ber-ibadah, dan berdoa kepada allah agar kita dapat di lancarkan cita-cita, serta menjalankannya.ingat berdoa itu  agar kita selalu menjalankan tugas kita. maka dari itu teman-teman  harus berpikir berapa besar kemaun teman-teman untuk melakukannya. semoga apa yang aku harapkan bisa tercapai, karna demi masa depan saya dan bisa membuat ibu bangga terhadap saya. maka dengan itu saya dari sekarang harus banyak-banyak belajar, supaya yang saya inginkan bisa tercapai... amin''


  Setiap manusia pasti memiliki cita-citanya masing-masing, termasuk teman-teman,  (Semoga Anda termasuk orang yang dapat meraih cita-cita) Amin… Cita-cita itu banyak sekali teman-teman, dulu waktu kita masih kecil, kita selalu ingat waktu di tanya oleh guru kita “Apa cita-cita mu nak?” Jawaban itu bermacam-macam ada yang ingin menjadi polisi, ingin menjadi insinyur, ingin mejadi tentara, ingin menjadi presiden,  ingin mempunyai perusahaan terkenal dll. Nahh…. Terkadang kita tidak pernah memikirkannya lagi. kok kita bisa berhasil apa yang kita tuntutkan pada masa lalu kita?
maka dengan itu kita harus berdoa setiap hari  kepada allah ta'alla...

Harapan saya juga semoga setelah saya keluar dari rumah gemilang indonesia, semoga saya bisa mendapatkan pekerjaan  yang saya ingkan. karna saya ingin bisa membahagiakan orang tua saya dan saya juga ingin bisa membantu ibu. setelah saya mendapatkan pekerjaan gaji pertama saya akan di berikan kepada ibu saya, karna saya igin sekali melihat ibu tersenyum melihat anaknya sukses. semoga apa yang aku harapkan menjadi tercapai... amin

sekian

Pengalaman Magang

Suasana pagi menjelang siang begitu indah,udara sejuk menyelimuti lingkungan dan suasana di sekitar Rumah Gemilang Indonesia.

Tepat pada tanggal 10 November 2014,bertepatan pada hari Senin.

Hari inilah di mana saya di perbolehkan magang di salah satu kampus yang tidak mungkin saya tidak kenal.Karena di kampus inilah tempat saya menimba ilmu selama 6 bulan,tempat pelatihan dan pemberdayaan generasi-generasi Gemilang.

Kampus ini bernama kampus besar Rumah Gemilang Indonesia.

Jam sudah menunjukkan jam 07:30 wib,berarti sudah masuk jam pelajaran SCC.
Yaitu mempelajari tentang ilmu Agama  Islam dengan tujuan untuk memperdalam Agama Islam agar memiliki Akhlakul Karimah(Akhlak Mulia).
Bersama Bpk.Ust.Kuswanto.

Waktu terus berjalan begitu cepat,tak terasa jam pelajaran SCC sudah  berlalu.

Kemudian di lanjut untuk menuju kelas jurusan saya,yaitu Kelas Aplikasi Perkantoran.

Ketika saya memasuki kelas ternyata ada salah satu teman satu kelas saya berulang tahun namanya Sucipto.
Suasana kelas begitu riuh dan meria,di tambah semua teman di kelas di traktir cemilan.

Ketika lagi asik-asiknya  makan cemilan,Eh,tiba-tiba dipanggil sama salah satu menejemen,namanya Bpk.Rudi.
Bapak Rudi bilang"kalian ada tugas enggak???".
Kami menjawab"Nggak ada pak".
Bapak rudi berkata lagi"Kalau nggak ada tugas tolong kalian rapikan buku-buku di perpustakaan yaa??"
Kami menjawab"Siap pak".

Nah dari situ saya dan teman-teman satu kelas langsung menuju tempat tujuan yaitu perpustakaan Rumah Gemilang Indonesia.

Kami berbagi tugas ada yang merapikan buku,ada yang mengepel lantai,ada yang membersihkan lemari.
Ada yang parah lagi,kerjaannya malah tidur di perpustakaan.
Yaa,meskipun termasuk saya.Hehehe.

Waktu terus berlalu tiba waktunya shalat Dzuhur.Akhirnya saya  dan teman-teman bergegas untuk melaksanakan  shalat Dzuhur berjamaah.

Alhamdulillah akhirnya membersihkan perpustakaan juga sudah selesai.

Sekian.


Rabu, 05 November 2014

HARAPAN DAN CITA- CITA ADALAH NAFAS KEHIDUPAN

Kadangkala kita sering tersalah faham dalam membedakan antara putus asa dan pasrah.Ini karena implementasasi keduanya hampir sama yang bermaksud berhenti atau menyerahkan apa saja yang bermaksud berhenti  atau menyerahkan apa saja yang bakal terjadi pada suratan takdir.Disini terdapat perbedaan situasi antara pasrah dan putus asa,,contohnya,para dokter ingin melakukan pembedahan kepada seorang pasien yang mengidap jantung yang kritikal,namun ahli keluarganya menolak.Mereka menolak bukan karena kesempitan uang ,tetapi mereka sudah pasrah pada ketentuan Ilahi.Akhirnya pasien itu meninggal.Dan situasi lain seorang dokter berunding dengan seorang pemuda yang ayahnya diserang strok,Meskipun keadaan ayahnya sudah kritikal,namun si anak tetap berusaha mengobati ayahnya walau berapapun biayanya,sembuh atau tidak dia pasrah pada Ilahi,seperti yang pertama pasien itu meninggal.
        Dari kedua kondisi diatas soal kesembuhan keluarga ini sudah pasrah kepada Allah SWT,dan akhirnya mendapatkan hasil  sama kehilangan untuk selamanya.Tetapi ada perbedaan diantara keduanya.Bedanya terletak pada usaha yang maksimal.Ikhtiar yang bersungguh sungguh sebagai memenuhi sunah kauniyah yang digariskan olehNYA.Oleh itu usahalah yang menjadi penentu mana yang layak disebut pasrah/tawakkal dan mana yang disebut putus asa.
         Sebelum ikhtiar yang maksimum,semestinya kita menutup rapat rapat kata pasrah.Mari kita renungkan firmanNYA:”Oleh itu sesiapa yang percaya dan berharap akan pertemuan dengan Tuhannya,hendaklah ia mengerjakan amal yang soleh dan janganlah ia mempersekutukan sesiapapun dalam ibadatnya kepada Tuhannya (Surah Al-Kahfi,ayat 110)  
              Barang siapa yang ingin tercapai hasrat yang mulia,maka beramallah,bergeraklah dan melangkahlah.Kesalahpahaman dalam membedakan dan menentukan keduanya akan membuat seseorang itu menyerah kemudian menamakan sebagai pasrah.Sebenarnya ia masih mampu berlari tapi memilih berhenti,masih mampu berenang ke tepi tapi berdiam diri akhirnya tenggelam.Padahal hidup adalah perjuangan,karena scenario hidup adalah ujian bagi manusia.Sebagaimana firmanNYA :”Dia lah yang telah mentakdirkan mati dan hidup(kamu)-untuk menguji dan menzahirkan keadaan kamu;siapakah diantara kamu yang terbaik amalannya,dan ia maha kuasa(membalas amal kamu),lagi maha pengampun (Surah Al-Mulk ayat 2).


NAFAS KEHIDUPAN
Putus asa. Mengapa dinamakan putus? Mungkin karena asa pengharapan,tujuan dan cita-cita diibaratkan sebagai rantai penggerak dalam jiwa.Ia harus kukuh,kuat dan semakin kuat.Harapan dancita-cita adalah nafas kehidupan.Bukankah sesudah mendaki kita akan menurun?Bukankah dengan airmata juga tercapai sukacita?Cita-citalah yang membangkitkan semangat orang yang mendaki,karena dibalik pendakian aka nada penurunan,menjadikan perjalanan lebih mudah.Kalau tidak karena cita-cita hilanglah nafsu bekerja,berhenti gerak dunia,padam pelita orang-orang bijak bistari.Cita cita pokok pangkal kemajuan,karena makhluk yang bernama manusia saja yang layak mendapat kemajuan,makhluk lain tidak.
          Cita-citalah yang menghilangkan rasa sakit,melupakan kepedihan,dan kesulitan.Sebab cita-cita itu sendiri adalah ‘dynamo’ hidup.Jangan diabaikan cita-cita yang tumbuh,pupuklah ia.Baik itu pada burung yang mengangkut rumput selembar-selembar,untuk sarang anaknya.Atau para petani yang bertekun disawah,dibawah cahaya matahari sehingga hitam punggungnya,semua lantaran cita-cita.Cita-citalah tiang kemajuan,tonggak gerak bumi dan menimbulkan nafsu bergerak.Kita bergerak karena ‘percikan-percikan’ api pengharapan yang membakar niat dan tekad.Semakin besar kecintaan kita pada harapan dan cita-cita semakin besar pula percikan api dan tenaga yang dihasilkan.Bertambah kuat pula keberanian,tekad dan semangat menghadapi segala resiko dan tantangan.Semakin gigih pula otak kita bekerja mencari cara,berinovasi dan mengatur strategi agar Berjaya mendapatkannya.Dapatlah kita gantungkan azam/himmah yang tinggi.Himmah yang tinggi berbeda dengan angan-angan yang tinggi,karena angan-angan yang tinggi hanya menyebabkan seseorang pemuda itu ‘menggantang asap’ atau mengelamun,dia tidur di siang hari pada waktu orang lain bekerja keras,dan berangan angan hendak membeli mobil mewah,berangan angan naik pesawat terbang ke New York bertemu gadis cantik Hollywood dsb.Ahkirnya karena terlampau berangan angan tinggi tanpa kerja keras akhirnya pemuda itu,ketaparan.Cita-cita membawa kebesaran dan kemuliaan sedangkan angan-angan merusak dan membawa kejurang kehinaan.  
         Oleh itu tetaplah berharap,karena seorang muslim tidak akan pernah berhenti mengharap.Dalam setiap amal ibadahnya,ia selalu mengharapkan kasih sayang dan rahmat Tuhannya.Dalam setiap gerak kehidupannya,ia selalu menancapkan tujuan dan cita-cita untuk kebaikannya dan kehidupan.Dan jika harapan pernah terputus,maka sambunglah kembali.Bukankah simpul sambungan akan menjadikan tali semakin kuat?
       Terkadang lantaran putus asa yang mendalam,sesetengah orang,jemu dengan kehidupan,bak pepatah “hidup segan mati tak mau”. Seorang mukmin tidak akan mudah berputus asa,walaupun pintu disekelilingnya seakan2 tertutup.
Rasulullah SAW bersabda:”Janganlah salah seorang  dari kamu meminta mati karena kesulitan hidup yang menimpanya.Jika perlu ucapkanlah doa seperti berikut ‘Ya Allah panjangkanlah umurku sekiranya hidup ini lebih baik bagiku,dan matikanlah aku sekiranya mati itu lebih baik bagiku”(Riwayat Bukhari dan Muslim)
       Marilah membangun harapan dengan tauladan seperti Sayyidah Hajar yang tetap berlari mencari air,meskipun dalam pandangan hanya ada fatamorgana dan padang pasir saja.Dan seperti Nabi SAW,yang tidak membiarkan malaikat menjatuhkan gunung,walaupun penduduk Thaif menolak nasihat/dakwahnya dengan kasar,Malah baginda tetap menaruh Harapan pada anak dan cucu mereka.
     Dengan memperbaiki amalan(usaha)diiringi ibadah/do'a,berarti kita telah mencoba kearah perbaikan agar tercapai harapan dan cita-cita.Harapan umpama aliran darah yang terus mengalir sepanjang Hayat kita.Janganlah kita berputus asa dari Rahmat Allah SWT…… Subhannallah Walhamdilillah waLailahailallah Allahuakbar.        

Senin, 03 November 2014

Harapan dan cita-cita kamu yang belum tercapai

harapa saya setelah lulus dari RGI, saya ingin bekerja di perusahaan yang sangat terkenal di seluruh dunia. karna saya ingin sekali bisa membahagiakan orang tua saya. setelah saya mendapatkan pekerjaan yang saya inginkan gaji pertama saya akan di berikan kepada ibu saya. karna aku ingin sekali bisa membuat ibu tersenyum melihat anaknya suksus. cita-cita saya ingin mempunyai pengusaha besar agar kelak nanti saya bisa menjadi anak yang berguna buat keluarga saya. semoga yang saya inginkan semuanya bisa tercapai karna demi masa depan saya.

Jumat, 31 Oktober 2014

Kisah Seorang Gadis Kecil Bersama Rasulullah Saw Saat Idul Fitri

Kisah ini harusnya menjadi teladan bagi seorang Muslim sebagai bentuk kepedulian terhadap sesama untuk membagi kebahagiaan disaat ketika saudara-saudara kita mengalami berbagai kesulitan d iberbagai penjuru tempat terutama yang sedang menghadapi penindasan.
Kisah ini terjadi di Madinah, pada suatu  pagi Hari Raya Idul Fitri. Rasulullah Saw, seperti biasa tiap hari lebaran, mengunjungi rumah demi rumah untuk mendo’akan kaum Muslim agar merasa gembira dan  bahagia pada hari raya itu.

Semua terlihat merasa gembira dan bahagia, terutama anak-anak. Mereka bermain sambil berlari-lari ke sana ke mari dengan mengenakan pakaian yang bagus serta mainan-mainan ditanganya. Namun, tiba-tiba Rasulullah Saw melihat di sebuah sudut jalan ada seorang gadis kecil sedang duduk bersedih sambil menangis . Ia memakai pakaian yang sangat lusuh serta rambut yang acak-acakan dan sepatu yang telah usang.

Rasulullah pun bergegas menghampirinya. Gadis kecil itu menyembunyikan wajahnya dengan kedua tangannya, lalu menangis tersedu-sedu.

Rasul kemudian meletakkan tangannya dengan penuh kasih sayang di atas kepala gadis kecil tersebut, lalu bertanya dengan suaranya yang lembut: “Anakku, mengapa kamu menangis? Hari ini adalah hari raya bukan?”

Gadis kecil itu terkejut. Tanpa berani mengangkat kepalanya dan melihat siapa yang bertanya, perlahan-lahan ia menjawab sambil bercerita:

“Pada hari raya yang suci ini semua anak menginginkan agar dapat merayakannya bersama orang tuanya dengan berbahagia. Anak-anak bermain dengan riang gembira. Aku lalu teringat pada ayahku, itu sebabnya aku menangis. Ketika itu hari raya terakhir bersamanya. Ia membelikanku sebuah gaun berwarna hijau dan sepatu baru. Waktu itu aku sangat bahagia. Lalu suatu hari ayahku pergi berperang bersama Rasulullah Saw. Ia berjuang bersama Rasulullah Saw bahu-membahu dan kemudian ia meninggal. Sekarang ayahku tidak ada lagi. Aku telah menjadi seorang anak yatim. Jika aku tidak menangis untuknya, lalu siapa lagi?”

Setelah Rasulullah mendengar cerita itu, seketika hatinya diliputi kesedihan yang mendalam. Dengan penuh kasih sayang ia membelai kepala gadis kecil itu sambil berkata: “Anakku, hapuslah air matamu… Angkatlah kepalamu dan dengarkan apa yang akan kukatakan kepadamu…. Apakah kamu ingin agar aku menjadi ayahmu? …. Dan apakah kamu juga ingin agar Fatimah menjadi kakak perempuanmu…. dan Aisyah menjadi ibumu…. Bagaimana pendapatmu tentang usul dariku ini?”

Begitu mendengar kata-kata itu, gadis kecil itu langsung berhenti menangis. Ia memandang dengan penuh takjub orang yang berada tepat di hadapannya. Masya Allah! Benar, ia adalah Rasulullah Saw, orang tempat ia baru saja mencurahkan kesedihannya dan menumpahkan segala gundah di hatinya.

Gadis yatim kecil itu sangat tertarik pada tawaran Rasulullah, namun entah mengapa ia tidak bisa berkata sepatah kata pun. Ia hanya dapat menganggukkan kepalanya perlahan sebagai tanda persetujuannya.

Gadis yatim kecil itu lalu bergandengan tangan dengan Rasulullah Saw menuju ke rumah. Hatinya begitu diliputi kebahagiaan yang sulit untuk dilukiskan, karena ia diperbolehkan menggenggam tangan Rasulullah yang lembut itu.